Pages

flagcounter 2

free counters

Pages - Menu

Kamis, 10 Mei 2012

metode hitung bakteri


PERHITUNGAN BAKTERI

A.      Dasar Teori

Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-kolo-ni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan deng-an menghitung jumlah koloni bakteri Perhitungan jumlah suatu bakteridapat melalui berbaga macam uji seperti uji kualitatif koliform yai-tu secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga(uji kuantitatif,bisa dengan metode MPN), Uji penguat dan uji pelengkap. Waktu,mutu sampel,biaya,tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif  koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri(metode perhitungan secara tidaklangsung yang berdasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapathidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu inde-ks bagi jumlah organisame yang dapat hidup yang terdapat pada sampe-l).seperti yang dilakukan pada percobaan ini.(Penn.1991)Beratus-ratus spesies dapat menghuni bermacam-macam bagian tu-buh kita,termasuk mulut,saluran pencernaan dan kulit(Pelczar &Chan,1986). Koliform merupakan kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baikterhadap air,makanan dan produk-produk susu. Bakteri koliform dapatdibedakan atas dua kelompok yaitu koliform fekal(Escherchia coli) dan koliform non fekal(Enterobacter aerogenes) (Fardiaz,1996)Ada berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menghitung jumlahmikroorganisme,akan tetapi secara mendasar,ada dua cara yaitu secaralangsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung,antara lain adalah dengan membuat preparat dari duatubahan((preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggun-aan ruang hitung counting chamber. Sedangkan perhitungan secara tid-ak langsung hanyak untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatubahan yang masih hidup saja(viable count). Dalam pelaksanaannya adabeberapa cara yaitu:perhitungan pada cawan petri(total plate count)perhitungan memlalui pengenceran,perhitungan jumlah terkecil atau terdekat dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (sutedjo,1991)Pengukuran PertumbuhanPertumbuhan pada bakteri didefinisikan dengan pertambahan beratsel. Karena berat sel relatif sama, maka pertumbuhan dapat didefin-isikan sebagai pertambahan jumlah sel. Terdapat berbagai metode da-lam mengukur pertumbuhan sel bakteri. Perhitungan sel bakteri terd-iri atas 2 cara, yaitu perhitungan langsung dan tidak langsung. Pe-rhitungan langsung meliputi metode viable plate counts,membrane fi-ltration,microscopic count,menggunakan penghitung elektronik dan dengan metode perhitungan manual. Perhitungan tidak langsung yaitu aktivitas metabolic, Berat kering,berat basah,Turbidimetri

B.     Metode Langsung
1.    Metode Viable Count
Metode viable count sering disebut dengan metode total plate count. Kultur diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuhmenjadi 1 koloni beberapa saat berikutnya biasanya 12-4 jam. Akan tetapi, cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung bi-asanya lebih kecil dari sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapatberasal dari lebih dari 2 sel) dan tidak dapat diaplikasikan pada b-akteri yang tumbuh lambat.Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bak-teri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka perhitungan dianggap gagal. Misalnya cawan yang dapat di-hitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 u-ntuk sampel pengenceran (10-x), 20-40 untuk sampel pengenceran (10-(x+1)), dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2)).

2.    Metode Total Count
 Total count memerlukan mikroskop dan wadah yang diketahui vol-umenya. Jika setetes kultur dimasukkan ke dalam wadah (misalnya hem-asitometer) yang telah diketahui volumenya, maka jumlah sel dapat dihitung .Akan tetapi, cara ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit (kurang dari 106 sel/ml). Metode yang lebih memuaskan dalam mengukur jumlah sel adalah Elektronic Total Count. Jika medan listrik mengenai sel hidup, maka timbul kejutan listrik. Akan tetapi, jika medan listrik mengenai selmati, maka tidak timbul kejutan listrik. Semakin banyak kejutan listrik, semakin banyak pula jumlah sel yang hidup. Membran penyaring(filtration) Metode ini digunakan untuk menghitung mendapatkan populasi de-ngan besar padat jenis yang kecil. Contohnya bakteri didalam danau.Metode ini untuk sampe yang besar di tuangkan ke atas membran penya-ring dengan pori-pori kecil yang cukup untuk menangkap sel bakteri.Kemudian dipindah ke medium padat dan koloni bakteri akan muncul setelah dihitungnya inkubasi. Namun perhitungan secara langsung dapatmenimbulkan sebuah masalah karena sulitnya untuk membedakan antarasel mati ma sel hidup dan sulit untuk menghitung mikroorganisme yangbergerak.

3.    Metode perhitungan elektronik 
 Coulter counter adalah alat yang langsung menghitung sel deng-an mengalirkannya melewati tabung sempit yang terletak di depan de-tektor elektronik. Alat ini untuk menghitung sel jamur yang besar,agar uniseluler dan protozoa. Dan sedikit berfungsi untuk mengitung bakteri.




METODE TIDAK LANGSUNGMetode Turbidimetri
http://htmlimg2.scribdassets.com/7avcgp6wow1exiki/images/2-5beac857be.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/7avcgp6wow1exiki/images/2-5beac857be.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/7avcgp6wow1exiki/images/2-5beac857be.jpg
  Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara me-ngetahui kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kul tur,semakin banyak jumlah selnya. Prinsip dasar metode turbidimetri ad-alah, jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan se-bagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap proposional (berbanding lurus) dengan jumlah sel bakteri. Atau jumlah cahaya yangditeruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan.Menurut Hukum Beer-Lambert bahwa fraksi cahaya yang diteruskan(I/I 0) akan menurun seiring dengan log-10 densitas sel (x) atau I/I 0=10-xl.
Di mana l adalah lebar wadah atau kuvet. Jika dikali log10 ,maka log I/I 0 = -xl. Karena log I/I 0 = OD = absorbansi cahaya, maka dipe-roleh persamaan OD=A= xl.Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapat membedakanantara sel mati dan sel hidup.

Metode Berat Kering
 Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode beratkering. Metode ini relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringatau disentrifugasi, kemudian bagian yang tersaring atau yang meng-endap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak da-pat membedakan sel yang hidup dan yang mati. Akan tetapi, keterbata-san itu tidak menutup manfaat metode ini dalam hal mengukur efisien-si fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehin-gga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan pro-duksi senyawa yang diinginkan.Aktivitas metabolismeKondisi suhu yang berada di bawah suhu standar membuat kebutu-han nutrisi bagi populasi sel. Angka pertumbuhan sel dipengaruhi ol-eh kesediaan nutrisi,kesediaan air dan ph.(Bauman,2007)
Fase Pertumbuhan
Fase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli m-ikrobiologi. Terdapat 4 fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkanpada kultur curah ( batch culture ), yaitu fase adaptasi ( lag phase ), fase perbanyakan (exponential phase ) fase statis (stationer phase),dan fase kematian (death phase)
 Fase Adaptasi
Ketika sel dalam fase statis dipindahkan ke media baru, sel a-kan melakukan proses adaptasi. Proses adaptasi tersebut meliputi si-ntesis enzim baru yang sesuai dengan medianya dan pemulihan terhadap metabolit yang bersifat toksik (misalnya asam, alkohol, dan basa)pada waktu di media lama. Pada fase adaptasi tidak dijumpai pertambahan jumlah sel. Akan tetapi, terjadi pertambahan volume sel, karena pada fase statis biasanya sel melakukan pengecilan ukuran sel. Akan tetapi, fase adapta-si dapat dihindari (langsung ke fase perbanyakan), jika sel di medialama dalam kondisi fase perbanyakan dan dipindah ke media baru yangsama komposisinya dengan media lama.

Fase Perbanyakan
Setelah sel memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya, selmelakukan pembelahan. Karena pembelahan sel merupakan persamaan eks-ponensial, maka fase tersebut disebut fase eksponensial. Pada fase perbanyakan jumlah sel meningkat sampai pada batas tertentu (tidak terdapat pertambahan bersih jumlah sel), sehingga memasuki fase sta-tis.Pada fase perbanyakan sel melakukan konsumsi nutrien dan proses fisiologis lainnya. Pada fase ini produk senyawa yang diinginkan oleh manusia terbentuk, karena senyawa tersebut merupakan senyawa yang disekresi oleh sel bakteri. Beberapa senyawa yang diinginkan pada fase perbanyakan adalah etanol, asam laktat dan asam organik la-innya, asam amino, asam lemak, dan lainnya.Fase StatisAlasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-macam. Beberapa alasan yang dapat dikemukaan adalah nutrient habis, akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol, asam, dan basa), penurunan kadar oksigen, dan penurunan nilai aw (ketersediaan air). Untuk kasus kedua dijumpai pada fermentasi alkohol dan asam laktat, untuk kasus ketiga dijumpai pada bakteri aerob, dan untuk kasus keempat dijumpai pada fungi.Pada fase statis biasanya sel melakukan adaptasi terhadap kon-disi yang kurang menguntungkan. Adaptasi itu dapat menghasilkan sen-yawa yang diinginkan manusia misalnya antibiotika dan antioksidan4).

Fase Kematian
Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler. Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam se-lama fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian, sedangkan adabakteri yang mampu bertahan sampai harian bahkan mingguan pada fasestatis dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan mampu bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati dengan mengubah selmenjadi spora.Pertumbuhan diauxic terjadi ketika bakteri dihadapkan pada duasumber karbon yang berbeda dan mampu menggunakan kedua sumber karbontersebut. Misalnya
E.coli ditumbuhkan pada media yang mengandung g-lukosa dan laktosa E.coli memanfaatkan glukosa, kare-na sel telah memiliki enzim pendegradasi glukosa (enzim struktural).Glukosa sendiri menghambat sintesis enzim pemecah laktosa. Ketika g-lukosa habis, sel masuk fase statis dan menyintesis enzim yang mampu menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Ketika glukosatersedia di media, sel memasuki fase perbanyakan kembali. Perhitung-an pada metode ini juga dibantu dengan alat yang disebut Colony Co-unter 

Alat Colony Counter 
masih mengharuskan para peneliti pada la-boratorium menghitung jumlah koloni secara manual. Pada alat Colony Counter , penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya counter electronic .Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen yangterhubung dengan
counter. Setiap koloni yang ditandai maka counterakan menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour plate walaupun telah dibantu dengan suatu alat yaitu colony counter masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan factor human error dan hasil perhitungan yang kurang akurat. Dikarenakan bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung

Pertumbuhan Diauxic
Rhizobium juga menunjukkan pertumbuhan diauxic ketika pada me-dia diintroduksi 2 sumber karbon, yaitu suksinat dan glukosa.
Rhizobium memanfaatkan suksinat dulu, kemudian glukosa. Mengapa Rhizobium lebih memanfaatkan suksinat bukan glukosa? Hal ini karena Rhizobium merupakan bakteri simbion. Secara alami bakteri simbion biasa-nya memerlukan triosa atau tetrosa yang dihasilkan dari siklus asamsitrat (Krebs) yang dihasilkan oleh inangnya daripada heksosa.Kultur Kontinyu Dengan mengunakan kultur curah, maka fase perbanyakan sangat terbatas dan dengan segera beralih ke fase statis. Hal ini tidak menguntungkan bagi ahli mikrobiologi untuk mempelajari aspek-aspek dalam fisiologi bakteri. Oleh karena itu para ahli mikrobiologi memper-kenalkan suatu metode kultivasi yang dapat memperpanjang umur fase perbanyakan bakteri. Metode demikian disebut kultur kontinyu.Kultur kontinyu dapat dirancang dengan 2 metode yaitu metode kemostat dan turbidostat. Kedua metode pada dasarnya mengontrol populasi bakteri pada jumlah tertentu. Pada metode kemostat kontrol pop-ulasi bakteri berdasarkan pada laju pemasukan media pakan steril. Sedangkan pada metode turbidostat kontrol populasi berdasarkan sensor foto sel yang dapat mengukur populais bakteri

http://www.scribd.com/doc/82433956/ACARA-VI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar